TIMES BOYOLALI, KULONPROGO – Masyarakat Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar upacara Adat Wiwitan dan meresmikan Lumbung Mataraman “Dewi Sri Purwosari pada Rabu (9/4/2025) pagi.
Kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian tradisi serta upaya memperkuat ketahanan pangan berbasis komunitas.
Acara yang berlangsung di area persawahan Dusun Penggung ini dihadiri oleh Wakil Bupati Kulonprogo Ambar Purwoko, Paniradya Pati Aris Nugroho, Lurah Purwosari Sri Murtini, A.Md., jajaran pemerintah daerah, serta komunitas budaya dan pegiat pertanian setempat.
Upacara Wiwitan merupakan tradisi turun-temurun sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas datangnya musim panen. Masyarakat menyampaikan doa dan sesaji berupa hasil bumi untuk memohon berkah, kelancaran panen, dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Dalam kesempatan yang sama, masyarakat juga meresmikan Lumbung Mataraman Dewi Sri, sebuah inisiatif kolektif warga untuk menghidupkan kembali fungsi lumbung pangan tradisional.
Lumbung ini menjadi simbol gotong royong, kemandirian pangan, dan bentuk nyata dari ketahanan pangan berbasis desa.
Kirab Budaya dan Kesenian Tradisional
Warga Desa Purwosari yang berasal dari 13 dusun melakukan kirab budaya dalam acara Adat Wiwitan di Desa Purwosari, Kulonprogo, Rabu, 9/4/2025. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Sejak pagi, ratusan warga dari 13 dusun di Desa Purwosari telah berkumpul di pertigaan desa untuk mengikuti kirab budaya. Mereka mengenakan pakaian adat; para perempuan dengan kebaya dan jarik, sementara kaum laki-laki mengenakan lurik dan jarik batik.
Para ibu petani membawa bekal wiwit berupa nasi tumpeng mini dalam bakul kecil dengan lauk ingkung ayam, sayur kluwih, yang melambangkan harapan panen berlimpah, serta sambal gepleng, sambal kering khas Desa Purwosari dari cabai rambat dan kacang tanah sangrai.
Acara juga dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian tradisional Jathilan Kudho Tresno, menambah semarak suasana sekaligus memperkuat nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Lumbung Pangan untuk Warga
Desa Purwosari memiliki luas wilayah sekitar 1.350 hektar, dengan 25 hektar lahan sawah di Dusun Penggung dan sekitarnya.
Dengan jumlah penduduk sekitar 1.457 kepala keluarga, hasil panen tahunan dinilai cukup melimpah meskipun sistem pertanian masih mengandalkan tadah hujan dan hanya panen sekali setahun.
Lumbung Mataraman dimanfaatkan sebagai cadangan pangan warga, terutama untuk mendukung kegiatan desa. Saat ini, sebanyak 70 petani yang menggarap sawah di Bulak Penggung terlibat dalam sistem lumbung ini, dengan pola sumbangan hasil panen secara sukarela.
“Saat ini belum ada patokan berapa kilogram yang harus disumbangkan. Semua masih berdasarkan kerelaan para petani,” jelas Lurah Sri Murtini.
Tradisi Wiwitan, Warisan Leluhur yang Kini Kolektif
Sri Murtini menjelaskan bahwa Adat Wiwitan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Purwosari. Dahulu, upacara ini dilakukan secara pribadi oleh masing-masing petani sebelum memulai panen.
Namun sejak 2022, warga mulai menggagas pelaksanaan Wiwitan secara kolektif sebagai upaya melestarikan tradisi dan memperkuat kebersamaan.
Pada 2024, pembentukan Lumbung Mataraman Dewi Sri semakin menguatkan tradisi ini sebagai agenda budaya tahunan yang khas dan ikonik di Kalurahan Purwosari. Pelaksanaan Wiwitan pada tahun ini menjadi kali keempat dilakukan secara bersama-sama.
“Upacara ini memiliki makna spiritual dan sosial yang sangat kuat. Selain sebagai wujud syukur, juga memperkuat solidaritas antarwarga serta menjadi potensi wisata budaya yang memberi dampak ekonomi,” tambah Sri Murtini.
Swadaya dan Kolaborasi untuk Masa Depan Purwosari
Pelaksanaan upacara Wiwitan dilakukan secara swadaya oleh warga dari empat padukuhan: Penggung, Ngaglik, Wonosari, dan Ngroto, dengan dukungan dari Pemerintah Kalurahan Purwosari serta bantuan Dana Keistimewaan melalui Dinas Kebudayaan Kulonprogo untuk penyelenggaraan pentas budaya.
“Harapannya, dengan diresmikannya Lumbung Mataraman Dewi Sri Purwosari, masyarakat semakin sejahtera. Kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi dan memperkenalkan potensi desa sebagai destinasi wisata berbasis budaya dan pertanian,” pungkas Sri Murtini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jaga Tradisi Wiwitan, Desa Purwosari Kulonprogo DIY Resmikan Lumbung Mataraman Dewi Sri
Pewarta | : Eko Susanto |
Editor | : Ronny Wicaksono |