https://boyolali.times.co.id/
Pendidikan

Jumlah Siswa SD-SMP Negeri di Pacitan Menyusut, Dindik Beberkan Penyebabnya

Kamis, 17 April 2025 - 14:56
Jumlah Siswa SD-SMP Negeri di Pacitan Menyusut, Dindik Beberkan Penyebabnya SDN 2 Dersono, Pringkuku, Pacitan menjadi salah satu sekolah yang kekurangan siswa. (FOTO: Dok TIMES Indonesia)

TIMES BOYOLALI, PACITAN – Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan mencatat tren penurunan jumlah siswa di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam beberapa tahun terakhir.

Kondisi ini dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari faktor kependudukan hingga pergeseran minat masyarakat terhadap sekolah berbasis keagamaan.

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Pacitan, Fandi Normansyah, mengatakan jumlah siswa baru di Pacitan terus menurun. Pada 2023, tercatat ada 15.479 siswa baru. Angka itu turun menjadi 15.420 siswa pada 2024, dan diproyeksikan kembali berkurang menjadi 15.364 siswa pada 2025.

“Secara umum memang jumlah siswa menurun karena input dari SD juga menurun. Itu faktor utama yang memengaruhi jumlah peserta didik SMP,” ujar Fandi, Selasa (15/4/2025).

Selain itu, menurut Fandi, pergeseran minat masyarakat juga turut berperan. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak calon peserta didik yang lebih memilih sekolah berbasis keagamaan. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah siswa di sejumlah SMP negeri di Pacitan, khususnya di kawasan terpencil.

Beberapa sekolah yang jumlah muridnya sangat sedikit antara lain SMPN 4 Arjosari Satu Atap, SMPN 4 Donorojo Satu Atap, serta sekolah swasta seperti SMP PGRI Sugihwaras, SMP PGRI Pringkuku, dan SMP PGRI Tulakan.

“Kami tetap pertahankan sekolah-sekolah kecil itu untuk melayani anak-anak di wilayah terpencil, supaya tidak terjadi angka anak tidak sekolah (ATS). Tapi memang upaya pembenahan harus terus kami lakukan,” imbuh Fandi.

Untuk mengatasi situasi ini, Dinas Pendidikan Pacitan mendorong setiap kepala sekolah dan guru agar lebih adaptif serta inovatif dalam pembelajaran.

Sejumlah langkah teknis telah diterapkan, seperti kegiatan pembiasaan di sekolah, pelaksanaan salat Dhuha dan salat Dhuhur berjamaah, shalawatan, membaca Al-Qur'an bersama, hingga bekerja sama dengan Madrasah Diniyah di sekitar sekolah.

“Pendidikan saat ini tidak hanya soal capaian kognitif, tapi juga pembentukan karakter. Keagamaan juga harus menjadi prioritas dalam proses pembelajaran,” tegasnya.

Menurut Fandi, inovasi dan kolaborasi antar satuan pendidikan menjadi mutlak di era sekarang. Jika tidak berinovasi, sekolah-sekolah tersebut bisa semakin tertinggal.

Faktor Migrasi Penduduk dan Keterbatasan Guru

Fandi juga menyebutkan faktor lain yang turut memengaruhi jumlah siswa di Pacitan, yakni perpindahan penduduk. Banyak anak yang ikut orang tuanya merantau ke luar daerah, bahkan siswa di wilayah perbatasan seperti Wonogiri lebih memilih sekolah di luar Pacitan.

Meski begitu, Dinas Pendidikan tetap mencatat adanya siswa mutasi masuk ke Pacitan. Sayangnya, jumlahnya belum mampu menutupi angka penurunan siswa secara keseluruhan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pacitan, Budiyanto, menuturkan bahwa pihaknya berencana melakukan penggabungan sejumlah sekolah demi efisiensi manajemen dan perbaikan tata kelola pendidikan.

“Kalau lembaga jumlah siswanya sedikit, manajemen dan tata kelolanya tidak efisien. Jadi penggabungan sekolah ini bukan soal kepentingan, tapi kebutuhan demi peningkatan kualitas pelayanan pendidikan,” jelas Budiyanto.

Ia menambahkan, saat ini Pacitan masih kekurangan 477 guru SD. Upaya pengangkatan PPPK sudah dilakukan dengan merekrut hampir 1.700 guru, tapi hingga 2025 ini baru terisi 95 orang.

“Kami masih punya sekitar 300-an guru tidak tetap (GTT) yang sudah mengabdi lebih dari lima tahun. Mereka jadi prioritas, tapi tetap bergantung formasi dari pemerintah pusat,” lanjutnya.

Data SDN di Pacitan dengan Siswa di Bawah 32

Dari data Dinas Pendidikan Pacitan tahun ajaran 2024/2025, tercatat ada sejumlah SD negeri yang jumlah siswanya kurang dari 32 orang. Beberapa di antaranya yakni SD Negeri 1 Candi (30 siswa), SD Negeri 1 Karanganyar (28 siswa), SD Negeri 2 Gembong (11 siswa), dan SD Negeri 2 Hadiluwih (26 siswa).

Kondisi ini juga menjadi perhatian Pemkab Pacitan untuk dilakukan pembenahan manajemen pendidikan, sekaligus sebagai upaya mengurangi beban belanja pegawai yang saat ini mencapai 37 persen dari APBD.

“Dengan penggabungan sekolah, bisa menghemat kebutuhan guru sekitar 20-30 orang. Ini langkah strategis agar belanja publik tidak terganggu dan mutu pendidikan tetap terjaga,” tandas Budiyanto.

Ke depan, Pemkab Pacitan berharap dapat meningkatkan manajemen dan pelayanan pendidikan di semua jenjang, sembari memperbaiki tata kelola SDM tenaga pendidik. Pemerintah daerah hanya bisa mengusulkan, sementara pengangkatan tetap melalui seleksi nasional, termasuk syarat PPG untuk PPPK.

“InsyaAllah pelayanan pendidikan akan terus kami benahi. Yang penting kebutuhan anak-anak di pelosok tetap terpenuhi dan kualitasnya terus membaik,” pungkas Budiyanto. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Boyolali just now

Welcome to TIMES Boyolali

TIMES Boyolali is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.